Aku:
20
Hari itu, aku ingin meninggalkan bising. Dan mendapati rumah, sudah aku rapihkan. Kita jalani hidup ini. Menyusuri halaman, teras, ruang tamu, dua kamar itu, dan dapur. Di dapur, kita temui tikus curut, meloncat karena takut.
"Dapur tampaknya habis perang." katamu.
"Tikusnya tidak hanya satu, tapi tiga, sembunyi di bawah lemari.".
Aku bungkam. Kau tampak kesal. Rumah tampaknya, tak dapat lagi dilindungi.
Sandal:
21
Aku, ingin sekali merapihkan meja waktu itu. Mengganti taplaknya, dengan yang lebih tampak hangat. Ingin sekali, aku tancapkan lilin di tengah. Menggeser tumpukan buah. Kita berdua duduk, mulai lagi bicara. Menyederhanakan yang telah lama kita anggap rumit.
"Tadi, ngapain aja di sekolah?"
"Aku ada ujian mendadak."
"Tetapi jantungmu tidak dilatih untuk lemah."
"Ia, aku tahu. Tetapi aku kurang siap."
Waktu itu, ingin sekali, aku sajikan nasi dan hati yang berseri-seri.
20
Hari itu, aku ingin meninggalkan bising. Dan mendapati rumah, sudah aku rapihkan. Kita jalani hidup ini. Menyusuri halaman, teras, ruang tamu, dua kamar itu, dan dapur. Di dapur, kita temui tikus curut, meloncat karena takut.
"Dapur tampaknya habis perang." katamu.
"Tikusnya tidak hanya satu, tapi tiga, sembunyi di bawah lemari.".
Aku bungkam. Kau tampak kesal. Rumah tampaknya, tak dapat lagi dilindungi.
Sandal:
21
Aku, ingin sekali merapihkan meja waktu itu. Mengganti taplaknya, dengan yang lebih tampak hangat. Ingin sekali, aku tancapkan lilin di tengah. Menggeser tumpukan buah. Kita berdua duduk, mulai lagi bicara. Menyederhanakan yang telah lama kita anggap rumit.
"Tadi, ngapain aja di sekolah?"
"Aku ada ujian mendadak."
"Tetapi jantungmu tidak dilatih untuk lemah."
"Ia, aku tahu. Tetapi aku kurang siap."
Waktu itu, ingin sekali, aku sajikan nasi dan hati yang berseri-seri.