suatu hari, ia akan renta. Telah jauh dari peristiwa. Ia akan tidak berdaya lagi
dari berkata-kata. Tidak akan ada lagi yang mendengarkannya; mungkin karena ia
akan diam saja. Suatu hari, yang dapat ia lakukan hanya menulis, dan menulis saja – entah, mungkin bukan untuk sesiapa. Entah, mungkin juga bukan untuk dirinya. Maka ia
akan tampak sangat sekarat, karena dirinya dan lingkungannya. Tetapi, ia akan tetap
diam saja. Lalu ia akan mengingat-ingat apa yang sempat tumbuh di halaman depan
rumahnya. Sesiapa saja yang pernah menegurnya. Sesiapa saja yang pernah –
memanggilnya dengan sangat lantang. Wuy, api guway? Midokh, pah! Sesiapa
yang pernah membuat ia yakin bahwa di halaman depan rumahnya dapat untuk
tidak dapat dijaga. Maka, menurutnya kelak, meninggalkan halaman rumahnya adalah
kehilangan yang sementara.