rumah yang akan kita bangun kelak, dinda, adalah rumah
yang
dibangun di atas sebidang kertas. Tanpa halaman,
tanpa garis
bantu kata-kata. Tanpa penjaga, tukang kebun, dan
perempuan
renta. Hanya ada kau dan aku. Hanya ada kita dan
pohon
mangga itu; yang kau cita-citakan ingin tumbuh dan
dipetik
buahnya; yang kita tambahkan baskom berisi air di
bawahnya;
yang suatu waktu merundukkan kita menatap bakalnya.
Kita
tetap berada di bawahnya.